Seperti pernah disampaikan
sebelumnya, Indonesia memang tidak kekurangan orang-orang pintar. Banyak sudah berbagai kejuaraan dan kompetisi di bidang ilmu dan teknologi yang dimenangkan oleh putra-putri Indonesia di berbagai ajang internasional.
Tinggal bagaimana supaya aset-aset bangsa yang sangat berharga ini mendapat apresiasi dan perhatian serius dari pihak-pihak yang berkompeten agar mereka semakin berkembang dan dapat memberikan sumbangsihnya bagi kemajuan ilmu dan teknologi di Indonesia nantinya.
Berikut ini bukti terbaru potensi menonjol putra putri Indonesia. Tim Olimpiade Komputer Indonesia (TOKI) 2009 yang terdiri dari Angelina Veni Johanna (SMA 1 BPK Penabur, Jakarta), Reinardus Surya Pradhitya (SMA Kanisius, Jakarta), Risan (SMAN 1 Tangerang), dan Christanto Handojo (SMA Kanisius, Jakarta), berhasil memenangkan dua medali perak dan satu medali perunggu dari ajang International Olympiad in Informatics (IOI) 2009 di Plovdiv, Bulgaria.
Medali perak pertama diraih Angelina dengan skor 506, dan medali perak kedua atas nama Reinardus dengan skor 502. Sementara medali perunggu diperoleh atas nama Risan dengan skor 445. Sementara, Chirstanto dengan skor total 389, sayangnya masih belum beruntung untuk menambah jumlah medali yang dimenangkan Indonesia.
"Prestasi kami tahun ini menurun di bandingkan tahun lalu yang berhasil menyabet satu emas dan tiga perunggu," tutur Suryana Setiawan, Team Leader TOKI 2009, lewat email yang diterima detikINET, Senin (17/8/2009).
Meski prestasi tahun ini kalah mentereng dibanding yang diraih tahun lalu, namun tetap saja, apa yang telah diupayakan TOKI tahun ini menjadi kado yang sangat istimewa bagi Indonesia yang tengah merayakan hari jadinya ke-64.
Catat Rekor Baru
Suryana juga menambahkan, "ada catatan baru yang telah ditorehkan dan layak untuk dibanggakan, yaitu untuk pertama kalinya peserta putri kita berhasil mendapatkan medali. Itu pun langsung medali perak dengan skor terbaik di antara semua peserta Indonesia."
Prestasi ini sontak telah meruntuhkan dua mitos sekaligus: bahwa dunia TI (teknologi informasi) adalah identik dengan dunia laki-laki, dan sulitnya peserta putri untuk bisa lolos masuk ke dalam tim TOKI.
Ya, mudah-mudahan, prestasi ini dapat menjadi inspirasi bagi peserta putri lainnya untuk tidak kalah dari para peserta putra untuk berkiprah dalam bidang problem solving melalui programming komputer.
"Kuncinya, selama berusaha dengan keras dan ulet baik dalam belajar maupun dalam pertandingan, masalah gender tidak sepantasnya menjadi halangan," saran Suryana.
Inilah Sang Juara
Bagi Reinardus Surya Pradhitya, prestasi ini merupakan peningkatan dari prestasi tahun lalu, yaitu dari medali perunggu menjadi perak di tahun ini.
Siswa yang biasa disebut Adit ini, sebelumnya telah menargetkan emas. Namun di hari pertama ia tersandung pada soal yang seharusnya ia bisa kerjakan dengan baik sehingga kehilangan beberapa poin.
Di hari kedua, ia berhasil meningkatkan nilainya. Namun secara total masih jauh di bawah batas untuk medali emas.
Risan yang juga adalah pemenang medali perunggu tahun lalu, kembali harus mengulangi perolehannya di tahun ini dengan perunggu. Padahal, ia menargetkan hasil yang lebih baik.
Sementara Christian Handojo kurang mujur. Terpaut hanya beberapa poin --tidak sampai lima poin-- dari bawah batas bawah penerima perunggu.
Ia juga kehilangan beberapa poin di soal yang seharusnya ia bisa kerjakan. Namun, seperti biasanya dalam pertandingan tingkat dunia ini sedikit kesalahan yang dilakukan dapat berakibat sangat fatal.
Beberapa peserta negara lain yang tahun lalu berhasil mendapatkan emas, pun tahun ini harus turun hanya mendapatkan perak. Bahkan, ada di antaranya yang hanya perunggu, akibat kesalahan serupa yang dialami Christian.
Pelajar Asia Mendominasi
Absolute winner tahun ini diraih oleh Hennadzy Karatkevich, siswa dari Belarussia dengan skor 743. Namun secara umum, dalam IOI 2009 ini, siswa-siswi Asia telah mendominasi perolehan medali emas yaitu merebut 13 dari 26 medali emas yang disediakan.
Itu pun tanpa menghitung satu siswa dari Kanada dan satu dari Amerika Serikat (AS) yang notabene adalah juga siswa keturunan Asia. Emas terbanyak diraih China dan Korea, masing-masing tiga emas. Disusul Taiwan, Jepang, AS, Polandia, Romania, dan Belarusia yang masing-masing dua medali emas.
Jika membandingkan diri dengan negara-negara tersebut, hasil yang Indonesia peroleh masih terbilang kecil. Akan tetapi, hasil dua perak dan satu perunggu ini tetaplah patut dibanggakan karena bukan prestasi yang mudah diraih.
Banyak negara lain yang sudah maju namun gagal untuk bisa meraihnya. Misalnya, Australia dan Prancis. Kali ini masing-masing hanya mendapat tiga perunggu. Sementara, Inggris dan Selandia Baru cuma bawa dua perunggu. Beberapa negara lain bahkan pulang dengan tangan hampa.
Tahun Ini Lebih Sulit
Dari pembicaraan antara team leader,soal-soal IOI 2009 sudah semakin tinggi kualitasnya dibandingkan soal-soal beberapa tahun yang lalu yang menuntut kemampuan analisis yang prima dan tajam sebelum melakukan coding.
Tuntutan agar sekecil mungkin pengulangan pada soal-soal IOI menyebabkan munculnya soal-soal yang bersifat kombinasi dari aspek-aspek yang pernah ada. Soal-soal dengan teknik pemecahan yang sudah baku mulai ditinggalkan atau dianggap sebagai soal katagori mudah.
Mengomentari tentang sistem pembinaan nasional, Suryana berharap, di masa mendatang pembinaan nasional perlu disempurnakan lagi dengan cara meningkatkan pembinaan kemampuan analitis para peserta.
"Proses seleksi yang belum menjaring potensi-potensi intelektual, yaitu akar kemampuan analitis, secara optimal perlu disempurnakan. Termasuk pemerintah-pemerintah daerah yang kurang serius dalam memilih siswa terbaiknya perlu lebih diarahkan," tegasnya.
"Pembinaan di tingkat daerah perlu lebih digalakkan untuk mengatasi ketimpangan prestasi antara dearah yang dekat ke pusat dengan daerah semakin menjauh dari pusat," lugas Suryana di penghujung surat elektroniknya.
Seluruh rangkaian acara IOI 2009 yang berlangsung sejak 8 Agustus 2009 telah berakhir kemarin. Rombongan tim Indonesia dijadwalkan akan tiba kembali di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, Senin 17 Agustus 2009, malam.
.
Kata saya:
Nah, jangan sampai mereka nantinya dibajak oleh negara-negara luar, hanya karena tak mendapat apresiasi yang layak dari instansi terkait di Indonesia.