Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Jawa Barat (Jabar) menyatakan sebanyak 18 anak Bawah Lima Tahun (balita) di wilayah setempat dinyatakan positif mengidap penyakit HIV.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Retni Yonti mengatakan data tersebut merupakan informasi terakhir yang didapat pihaknya melalui sejumlah Rumah Sakit (RS) di wilayah setempat.
"Mayoritas penularan penyakit tersebut di dapat pasien dari orang tuanya saat masih berada dalam kandungan. Sebagian lagi terdeteksi pada usia tiga tahun," katanya.
Gejala penyakit HIV pada balita, kata dia, dapat terlihat dari penyakit sering buar air besar dan tidak kunjung sembuh. Gejala awalnya adalah muntah dan buang air besar yang tidak sembuh-sembuh.
Ia meminta perhatian kaum ibu untuk mewaspadai jika ada balita yang memiliki gejala serupa. "Kaum ibu perlu mewaspadai gejala tersebut meski tidak mutlak merupakan penyakit HIV, guna antisipasi dini," ujarnya.
Dikatakan Retni, pasangan suami istri yang rentan penyakit HIV disarankan secara rutun memeriksakan dirinya ke RS guna pencegahan. Sementara bagi ibu hamil yang mengidap HIV, disarankan agar proses persalinan melalui operasi sesar agar bayi tidak tertular.
"Ini dilakukan untuk mengontrol penyebaran virus tersebut, karena penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Namun bisa virusnya dihambat perkembanganya ke stadium lebih tinggi dengan cara memberi obat," ujarnya.
Kendati demikian, Retni mengakui progam penanganan HIV/AIDS belum sepenuhnya berjalan dengan baik akibat terbatasnya klinik layanan HIV/AIDS di Kota Bekasi.
Beberapa rumah sakit, klinik atau Puskesmas yang menangani HIV/AIDS, kata dia, diantaranya Klinik VCT, RSUD Kota Bekasi, RS Ananda, Puskesmas Pondok Gede, klinik Mitra Sehati, Puskesmas Jatiasih, Puskesmas Bintara Jaya dan Puskesmas Rawa Lumbu.
Secara terpisah, Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Sehati, Novan Andri Purwansjah mencatat adanya kecenderungan peningkatan pasien HIV/AIDS di wilayah setempat sebesar 10 persen per tahun.
"Jumlah tersebut hingga kini telah menempatkan Kota Bekasi, berada pada peringkat ke dua se Jawa Barat, sebagai wilayah penderita HIV/ADIS tertinggi," katanya.
Kasus penularan tertinggi diakibatkan oleh pengguna jarum suntik (Penasun) di kalangan anak muda. "Sebanyak 80 persen disebabkan oleh penggunaan jarum suntik, lainnya pengaruh seks bebas," ujarnya.
.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Retni Yonti mengatakan data tersebut merupakan informasi terakhir yang didapat pihaknya melalui sejumlah Rumah Sakit (RS) di wilayah setempat.
"Mayoritas penularan penyakit tersebut di dapat pasien dari orang tuanya saat masih berada dalam kandungan. Sebagian lagi terdeteksi pada usia tiga tahun," katanya.
Gejala penyakit HIV pada balita, kata dia, dapat terlihat dari penyakit sering buar air besar dan tidak kunjung sembuh. Gejala awalnya adalah muntah dan buang air besar yang tidak sembuh-sembuh.
Ia meminta perhatian kaum ibu untuk mewaspadai jika ada balita yang memiliki gejala serupa. "Kaum ibu perlu mewaspadai gejala tersebut meski tidak mutlak merupakan penyakit HIV, guna antisipasi dini," ujarnya.
Dikatakan Retni, pasangan suami istri yang rentan penyakit HIV disarankan secara rutun memeriksakan dirinya ke RS guna pencegahan. Sementara bagi ibu hamil yang mengidap HIV, disarankan agar proses persalinan melalui operasi sesar agar bayi tidak tertular.
"Ini dilakukan untuk mengontrol penyebaran virus tersebut, karena penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Namun bisa virusnya dihambat perkembanganya ke stadium lebih tinggi dengan cara memberi obat," ujarnya.
Terkait penyakit AIDS, kata dia, di Kota Bekasi terdapat sedikitnya 579 pasien dalam proses perawatan. Penderita umumnya tidak tahu bahwa dirinya mengidap virus tersebut dan bingung untuk berobat.
"Terbanyak mengidap HIV dari kalangan pemakai narkoba. Orang-orang yang beresiko seharusnya mau memeriksakan diri ke rumah sakit," katanya.
Kendati demikian, Retni mengakui progam penanganan HIV/AIDS belum sepenuhnya berjalan dengan baik akibat terbatasnya klinik layanan HIV/AIDS di Kota Bekasi.
Beberapa rumah sakit, klinik atau Puskesmas yang menangani HIV/AIDS, kata dia, diantaranya Klinik VCT, RSUD Kota Bekasi, RS Ananda, Puskesmas Pondok Gede, klinik Mitra Sehati, Puskesmas Jatiasih, Puskesmas Bintara Jaya dan Puskesmas Rawa Lumbu.
Secara terpisah, Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Sehati, Novan Andri Purwansjah mencatat adanya kecenderungan peningkatan pasien HIV/AIDS di wilayah setempat sebesar 10 persen per tahun.
"Jumlah tersebut hingga kini telah menempatkan Kota Bekasi, berada pada peringkat ke dua se Jawa Barat, sebagai wilayah penderita HIV/ADIS tertinggi," katanya.
Kasus penularan tertinggi diakibatkan oleh pengguna jarum suntik (Penasun) di kalangan anak muda. "Sebanyak 80 persen disebabkan oleh penggunaan jarum suntik, lainnya pengaruh seks bebas," ujarnya.
.
|