Di antara para korban ledakan di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta, 17/7, ada yang mengalami insiden serupa pada 2003. Mereka selamat dalam dua kali ledakan bom tersebut.
Dua korban ledakan bom di Hotel JW Marriott (17/7) dibawa ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Mereka adalah Edward Thielsen, warga Kanada, dan Dadang Hidayat, supervisor restoran Red Hot di Hotel JW Marriott.
Dua korban ledakan bom di Hotel JW Marriott (17/7) dibawa ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Mereka adalah Edward Thielsen, warga Kanada, dan Dadang Hidayat, supervisor restoran Red Hot di Hotel JW Marriott.
*
Edward dirujuk dari Rumah Sakit (RS) Jakarta. Sebab, RS itu tidak memiliki ruang perawatan luka bakar di atas 30 persen. Edward tiba di RSPP sekitar pukul 10.00. Dia tak berkomentar saat masuk RSPP dan langsung dibawa ke ruang perawatan luka bakar di lantai 2.
"Suami saya selamat. Saya tidak bisa ngomong banyak karena sedih," ungkap Deny Thielsen, istri Edward. Edward tercatat sebagai pekerja sebuah perusahaan pembangkit listrik. Dia menderita luka bakar di muka dan dada kiri.
"Suami saya selamat. Saya tidak bisa ngomong banyak karena sedih," ungkap Deny Thielsen, istri Edward. Edward tercatat sebagai pekerja sebuah perusahaan pembangkit listrik. Dia menderita luka bakar di muka dan dada kiri.
*
Sekitar pukul 11.20, datang Dadang yang semula dirawat di RS MMC, Kuningan, Jakarta Selatan. Begitu brankar yang mengusung Dadang diturunkan dari ambulans, tangis keluarga yang mengiringi pecah. Mereka menangisi tragedi bom yang menimpa pria 36 tahun itu. Dalam insiden kemarin, muka Dadang robek dan berdarah.
Menurut Dwi Susanti, istri Dadang, suaminya kemarin mendapatkan sif pagi. Dia menyatakan tak punya firasat apa pun. "Tapi, sekitar pukul 08.30 saya kaget setengah mati saat menyaksikan berita bom di tempat kerja suami saya," tutur wanita 31 tahun itu.
Dwi lalu berusaha menghubungi suaminya. Tapi, handphone Dadang tidak tersambung. "Saya sangat bingung saat itu," ucapnya.
Ibu Kansa dan Rizki tersebut kemudian menghubungi atasan suaminya, Joanna. "Awalnya, juga tidak ada kabar. Tapi, tiba-tiba Bu Joanna mengontak dan memberitahukan bahwa suami saya ada di rumah sakit," jelasnya. Saat itu Dwi langsung mengajak anak-anaknya melihat Dadang ke RS MMC.
Dwi mengungkapkan, teror di JW Marriott tersebut adalah pengeboman kedua yang menimpa suaminya. Dalam teror pertama pada 2003, Dadang selamat. "Waktu kejadian (bom, Red) pertama, suami saya salat. Temannya meminta dia (Dadang, Red) beribadah lebih dulu," ujarnya. Sedangkan teman Dadang itu menunggu di restoran dan akhirnya menjadi korban tewas bom JW Marriott I.
Menurut Dwi Susanti, istri Dadang, suaminya kemarin mendapatkan sif pagi. Dia menyatakan tak punya firasat apa pun. "Tapi, sekitar pukul 08.30 saya kaget setengah mati saat menyaksikan berita bom di tempat kerja suami saya," tutur wanita 31 tahun itu.
Dwi lalu berusaha menghubungi suaminya. Tapi, handphone Dadang tidak tersambung. "Saya sangat bingung saat itu," ucapnya.
Ibu Kansa dan Rizki tersebut kemudian menghubungi atasan suaminya, Joanna. "Awalnya, juga tidak ada kabar. Tapi, tiba-tiba Bu Joanna mengontak dan memberitahukan bahwa suami saya ada di rumah sakit," jelasnya. Saat itu Dwi langsung mengajak anak-anaknya melihat Dadang ke RS MMC.
Dwi mengungkapkan, teror di JW Marriott tersebut adalah pengeboman kedua yang menimpa suaminya. Dalam teror pertama pada 2003, Dadang selamat. "Waktu kejadian (bom, Red) pertama, suami saya salat. Temannya meminta dia (Dadang, Red) beribadah lebih dulu," ujarnya. Sedangkan teman Dadang itu menunggu di restoran dan akhirnya menjadi korban tewas bom JW Marriott I.
*
Pegawai JW Marriott lain yang juga selamat dua kali dari ledakan bom adalah Bambang Yulianto. Kemarin Bambang dilarikan ke RS Jakarta sekitar pukul 13.00. Dia dibawa ke ruang UGD meski hanya luka ringan.
Petugas keamanan JW Marriott tersebut pasrah ketika dibawa ke atas tempat tidur. Selimut hijau menutupi tubuhnya yang bertelanjang dada. "Saya hanya luka ringan dan trauma karena menghirup asap terlalu banyak," ujar pria 30 tahun itu. Sayang, Bambang belum dapat bercerita soal kronologi ledakan bom kemarin. Dia amat letih.
Sang ayah, Yanto, menemani Bambang. Yanto mengatakan, anak tunggalnya tersebut sungguh beruntung. Teror bom itu kali kedua dialami anaknya. Bambang bekerja sebagai sekuriti Hotel JW Marriott sejak 2003. Pada tahun pertama bekerja, dia langsung mengalami tragedi bom. Saat itu kakinya melepuh. Hotel menanggung semua biaya pengobatannya.
Petugas keamanan JW Marriott tersebut pasrah ketika dibawa ke atas tempat tidur. Selimut hijau menutupi tubuhnya yang bertelanjang dada. "Saya hanya luka ringan dan trauma karena menghirup asap terlalu banyak," ujar pria 30 tahun itu. Sayang, Bambang belum dapat bercerita soal kronologi ledakan bom kemarin. Dia amat letih.
Sang ayah, Yanto, menemani Bambang. Yanto mengatakan, anak tunggalnya tersebut sungguh beruntung. Teror bom itu kali kedua dialami anaknya. Bambang bekerja sebagai sekuriti Hotel JW Marriott sejak 2003. Pada tahun pertama bekerja, dia langsung mengalami tragedi bom. Saat itu kakinya melepuh. Hotel menanggung semua biaya pengobatannya.
Kata saya:
Tetap semangat!
Tetap semangat!
Sumber: Jawa Pos
.
|